ARTICLE AD BOX
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pemerhati sosial dan politik, Jhon Sitorus, menyebut bahwa berat menjadi seorang Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“Berat jadi Sri Mulyani,” kata Jhon dalam akun media sosial X miliknya, Minggu (22/12/2024).
Dia menyatakan, dalam pikiran Sri Mulyani dan para ekonom pada umumnya, untuk mengoptimalkan penerimaan pajak solusi terbaik bukan menaikkan PPN, tetapi memberi stimulus pajak.
Namun kata dia, Presiden RI Prabowo Subianto keras kepala dan anti kritik. Dia menyindir program makan bergizi gratis Prabowo-Gibran.
“Tapi, bosnya kali ini agak bebal. Keras kepala dan anti kritik. Apapun masalahnya, solusinya adalah makan siang gratis. Nggak sepakat ya keluar. Protes artinya melawan negara,” tuturnya.
Menurutnya, program ini ia yakini Sri Mulyani juga tertawa saat pertama kali Prabowo menyodorkan dihadapan para akademisi UGM saat masa kampanye Pilpres 2024
“Tapi nasi sudah hampir jadi feses (bukan bubur lagi). Apapun harus dilakukan secara ugal-ugalan demi maksimalisasi penerimaan negara bidang pajak,” ungkapnya.
Karena kata Jhon, pajak sifatnya “memaksa”, jadi rakyat dipalak dengan dalih “negara lain masih banyak yang lebih tinggi PPN-nya”
“Alasan ini terdengar ‘maksa banget’. Kok standarnya negara lain? Kenapa tidak disesuaikan dengan kemampuan kita sendiri? Kita buat standar sendiri dong. Mau meniru siapa? Singapura saja cuma 9% kok,” jelasnya.
“Lagipula, jika mengacu pada negara berkembang yang mirip-mirip seperti Indonesia yaitu Vietnam, tarif PPN mereka malah turun jadi 8%,” lanjutnya.